Ramadhan dan Beban Lebih Kaum Perempuan

Dangi Rami sibuk meracik menu istimewa makan sahur. Di tengah suara dengkur suami dan anaknya yang masih terlelap tidur. Jeritan belanga goreng Dangi terdengar gaduh. Bersahutan dengan botu poluleya yang sulit dikendalikan bunyinya. Tiga menu berbahan ayam kampung untuk suami dan anaknya telah menebarkan aroma sedap. Mereka dibangunkan tat kala menu makan sahur itu sudah siap dikunyah.
Bagi masyarakat yang berpola patriarkis, pemandangan ini sudah hal yang biasa. Urusan dapur dan kawan-kawan (domestik) adalah domain perempuan. Sementara laki-laki dengan bangga berperan sebagai pencari nafkah di arena publik.
Nampaknya pembagian peran ini bagi kebanyakan orang sudah demikian adanya. Mereka tak menyadari, ada ketidakadilan di sana. Ada tekanan fisik dan mental bagi kaum perempuan. Jika dihitung berdasarkan jam, maka Dangi Rami membutuhkan waktu 16 jam sehari, seminggu 7 hari dan sebulan 30 hari. Sementara suaminya Ti Kamani Langgango yang bekerja di sektor publik, jam kerjanya dihitung mulai pukul 08 pagi hingga pukul 16 sore, lima hari kerja. Ada selisih 8 jam sehari dan 2 hari sepekan antara Dangi dan Kamani.
Memasuki bulan Ramadhan, peran Dangi Rami semakin berat. Meskipun pada siang hari asap dapur tidak mengepul, tetapi sejak sore hari, jari jemari Dangi Rami yang tak lagi lentik itu, tiada henti mempersiapkan menu buka dan sahur. Sementara Kamani Langgango layaknya tuan besar, semua kebutuhannya dilayani. Kamani tak seromantis dulu ketika pacaran; “Gunung kan kudaki, lautan kusebrangi” Sekarang, menuang segelas air harus dilayani oleh Dangi.
Dalam kacamata keilmuan saya, terjadi ketidakadilan gender dalam rumahtangga Dangi Rami dan Kamani Langgango. Meskipun Kamani berbadan kekar, aib baginya membantu pekerjaan mencuci piring, mengganti popok bayi atau menyapu halaman. Sementara tubuh Dangi yang sedang-sedang saja, seakan memiliki komposisi 2 raga selama sebulan penuh ini. Inilah yang disebut sebagai konstruksi sosial tentang peran laki-laki dan perempuan. Jika peran perempuan lebih berat dibandingkan laki-laki, di situlah ketidakadilan gender itu terjadi.
Ketidakadilan gender dalam rumah tangga Dangi dkk. sudah dikumandangkan sejak awal Ramadhan. “Kaum muslimin wal muslimat. Waktu sekarang menunjukkan pukul 03.00. Waktu imsak hari ini jatuh pada pukul 04.40 menit. Kepada ibu-ibu rumah tangga, segera bangun untuk mempersiapkan makan sahur. Sahuur…sahuur….sahuur…”
Tak apalah Dangi…. Yakinilah, bahwa peranmu sebagai ibu rumah tangga selama sebulan ini, insyaallah ditukar dengan curahan pahala yang berlipat, untuk mengantarkanmu menikmati keindahan syurga yang abadi. Selama-lamanya. Insyaallah Kamani segera menyusul, setelah dia usai mempertanggungjawabkan di hadapan Tuhan, kelalaiannya membebani istrinya dengan tabung gas 3 kg dari pangkalan elpiji, sambil lengan kanannya menggendong sang bayi.
Oleh: Dr. Momy Hunowu, M.Si – (Dosen Fakultas Ushuluddin dan Dakwah Institut Agama Islam Negeri Gorontalo)