Kesya: Bagaimana Staw, Bagaimana Staw
Viral dan sangat viral……ungkapan “Bagaimana Staw, Bagaimana Staw,” yang diucapkan oleh Kesya kepada temannya saat live TikTok dapat dianalisis secara semiotika untuk memahami makna dan implikasi yang terkandung di dalamnya. Saya mengamati dan menonton sampai habis video tersebut yang tidak hanya viral di TikTok tapi juga di Facebook.
Saya mencoba memahami ungkapan “Bagaimana staw” tersebut sebagai tanda yang penuh makna. Ungkapan “Bagaimana Staw” berfungsi sebagai ekspresi keheranan atau kebingungan.
“Bagaimana” menunjukkan pertanyaan yang mendalam tentang suatu fenomena, sedangkan “Staw” menambahkan nuansa informal dan akrab, yang mencerminkan gaya bahasa anak muda.
Dalam konteks ini, Kesya menciptakan kedekatan dengan audiens, menggugah rasa ingin tahu, dan menciptakan suasana yang lebih santai, meskipun topik yang dibahas cukup serius.
Konteks viral dari pernyataan ini menunjukkan bagaimana media sosial menjadi sarana untuk mendiskusikan isu-isu penting. Ketika Kesya mengaitkan ungkapan ini dengan P3K sebagai giveaway (tapi apakah benar itu bersifat giveaway), terdapat implikasi bahwa pemerintah mengedepankan pendekatan yang lebih menarik dan mudah diterima oleh generasi muda.
Bagi saya ada nuansa kritik yang tersirat, di mana keseriusan sebuah program yang seharusnya berfokus pada pengembangan SDM dan pelayanan publik diperlakukan seakan-akan hanya sebagai tawaran menarik.
Secara semiotika ungkapan “bagaimana staw” ini mencerminkan ironi di mana program yang seharusnya serius dan berfokus pada peningkatan kualitas pegawai pemerintah disajikan dalam bentuk giveaway. Ini menunjukkan adanya kesenjangan antara tujuan pendidikan dan praktik yang dilakukan.
Hal ini bisa ditafsirkan sebagai kritik terhadap cara pemerintah dalam menyampaikan program-program penting, yang dinilai kurang efektif dan terkesan superficial.
Dari perspektif komunikasi, penggunaan ungkapan “bagaimana staw” ini oleh Kesya memperlihatkan bagaimana bahasa dan tanda-tanda dapat membangun koneksi emosional dengan audiens.
Dengan mengadopsi gaya bahasa yang akrab dan santai, Kesya berhasil menarik perhatian banyak orang, membawa isu P3K ke dalam diskusi publik yang lebih luas.
Ini menunjukkan bahwa cara penyampaian informasi dapat memengaruhi bagaimana pesan diterima dan dipahami oleh masyarakat.
Dalam analisis semiotika, ungkapan “Bagaimana Staw” oleh Kesya bukan hanya sekadar kalimat, melainkan refleksi dari dinamika antara bahasa, budaya, dan pengelolaan sumber daya manusia di sektor publik.
Ungkapan ini menjadi lebih dari sekadar fenomena viral, tapi mencerminkan tantangan dan peluang dalam komunikasi publik di era digital.
Penulis : Dr. Samsi Pomalingo, MA –(Akademisi di Universitas Negeri Gorontalo)