Membunuh ‘tuhan’ dengan Puasa

ilustrasi gambar

Secara tidak sadar, manusia telah merancang ‘tuhan’ di altar persembahannya, memuja ilusi yang lahir dari tangannya sendiri, dan puasa hadir untuk membunuhnya. Puasa bukan hanya sekadar menahan lapar dan dahaga, melainkan sebuah ritual penyucian jiwa yang mendalam. Di balik setiap detik penantian dan keheningan, tersimpan makna esoterik memerangi dan memusnahkan segala bentuk penyembahan terhadap duniawi yang telah mengaburkan pandangan spiritual seorang hamba.

Dalam ontoligi sufistik, puasa menjadi sarana perenungan hakikat diri dan melepaskan belenggu hawa nafsu, selain itu puasa merupakan sebuah benteng bagi iman seorang muslim (as-saum junnah). Dengan menahan diri dari kenikmatan yang bersifat fana, seseorang dapat menemukan jalan menuju kekayaan yang sesungguhnya, bukan berindikator materi semata tetapi pada batin,  kata Nabi SAW ‘bukanlah kekayaan itu diukur dari banyaknya harta, melainkan kekayaan yang sejati adalah kekayaan jiwa’.

Hadis di atas menyisipkan pesan bahwa kekayaan sejati bukan terletak pada akumulasi harta benda, melainkan pada ketenangan dan kedamaian batin. Dengan memahami hal ini, melalui puasa seseorang dapat membebaskan diri dari belenggu keinginan duniawi dan menemukan kebebasan batin yang hakiki. Proses inilah yang merupakan upaya untuk ‘membunuh’ segala bentuk kebergantungan pada anasir-anasir nisbi yang selama ini dianggap sebagai Tuhan dalam kehidupan.

Kebergantungan pada hal nisbi itu dibuktikan dengan realita bahwa banyak manusia lebih memilih menundukkan diri pada keinginan duniawi; harta, ambisi, dan kedudukan sering kali dijadikan sebagai tujuan utama, seolah-olah hal itu adalah pemegang kunci kebahagiaan dan kesuksesan. Ironisnya, dalam pencarian tersebut, mereka justru kehilangan esensi kehidupan yang sesungguhnya, manusia menggantungkan hidupnya pada hal-hal yang sifatnya temporal dan menjauh dari Tuhan yang sesungguhnya, ‘wahai manusia! Kamulah yang membutuhkan Allah, dan Allah Dialah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu), Maha Terpuji (QS. Fatir: 15).

Puasa, sebagai praktik spiritual, menawarkan alternatif dengan memfokuskan kembali manusia pada nilai-nilai batin dan hubungan yang lebih intim dengan Sang Pencipta ‘Ishq Ilahi’. Melalui kesederhanaan dan disiplin diri, individu dapat merasakan kehadiran yang lebih hakiki, tanpa harus bergantung pada harta dan kekuasaan dunia. Ini merupakan bentuk perlawanan terhadap kecenderungan menuhankan hawa nafsu dalam kehidupan modern.

Dalam lensa esoterik, penyembahan terhadap keinginan duniawi merupakan sebuah ilusi yang menjerumuskan manusia ke dalam kebingungan eksistensial. Dengan berpuasa, setiap individu diajak untuk menyadari bahwa kehidupan tidak semata-mata tentang akumulasi materi, melainkan tentang pencarian makna yang lebih mendalam dan abadi.

Proses ini tidak mudah, mengingat tekanan sosial dan godaan yang terus hadir dalam setiap aspek kehidupan. Namun, dengan niat yang tulus dan tekad yang kuat, puasa dapat menjadi senjata ampuh untuk menghancurkan ‘tuhan-tuhan’ palsu yang selama ini menghimpit jiwa. Setiap langkah kecil menuju penyucian diri adalah bentuk revolusi batin yang mampu mengubah pandangan hidup seseorang.

Akhirnya, melalui praktik puasa, manusia diajak untuk melepaskan diri dari belenggu materialisme dan mengejar kebahagiaan sejati. Dengan ‘membunuh’ segala bentuk penyembahan terhadap ‘tuhan-tuhan’ yang sifatnya fana dan nisbi, manusia akan menemukan keindahan dari kehidupan yang harmonis, di mana kebebasan batin dan cinta kasih menjadi landasan yang mengarahkan setiap langkah menuju pencerahan epistemik-teologis. Manusia kembali kepada pada keyakinan tentang Tuhannya; Tuhan yang transenden dan imanen. Esensi proses ‘kembali’ itu ditandai dengan pemaknaan substantif tentang tujuan utama puasa yakni ‘bertakwa’.

“Hai orang-orang yang beriman

diwajibkan atas kamu berpuasa

sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu,

agar kamu bertakwa”.

-Yogyakarta, 25 Ramadhan 1446 Hijriyah

Oleh: Fanridhal Engo(Mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tutup