Konklaf Kepausan Dimulai di Vatikan: 133 Kardinal Bersiap Memilih Paus Baru
Bakukabar.id, Internasional – Pada Rabu, 7 Mei 2025, kemarin, sebanyak 133 kardinal dari 71 negara berkumpul di Kapel Sistina, Vatikan, untuk memulai konklaf kepausan yang bertujuan memilih Paus ke-267.
Pemilihan ini menyusul wafatnya Paus Fransiskus pada bulan lalu. Proses pemilihan dimulai dengan Misa di Basilika Santo Petrus yang dipimpin oleh Kardinal Giovanni Battista Re, yang menekankan pentingnya persatuan dan pengorbanan pribadi dalam masa yang penuh tantangan ini.
Misa pembukaan konklaf ini juga diikuti oleh sekitar 5.000 umat di dalam basilika, sementara banyak umat lainnya mengikuti misa melalui layar besar yang dipasang di Lapangan Santo Petrus.
Proses pemungutan suara konklaf tidak memiliki batasan waktu yang tetap, menurut laporan Time. Pemilihan akan dinyatakan selesai ketika seorang kandidat berhasil memperoleh dua pertiga suara dari para kardinal yang hadir dan disahkan sebagai Paus yang baru terpilih.
Jika tidak ada keputusan dalam beberapa hari, konklaf akan dilanjutkan dengan proses pemungutan suara lebih lanjut, dengan jeda untuk diskusi dan doa.
Kapel Sistina juga telah dilengkapi dengan sistem keamanan canggih dan dilindungi dari jangkauan orang luar. Vatikan menggunakan teknologi anti-penyadapan berbentuk sangkar Faraday yang dipasang di dalam Kapel Sistina, kediaman Santa Marta, dan Aula Sinode untuk menjaga kerahasiaan selama konklaf berlangsung.
Konklaf kali ini mencatatkan rekor jumlah peserta, dengan 133 kardinal dari 71 negara, mencerminkan upaya Paus Fransiskus untuk memperluas representasi global dalam Gereja Katolik.
Sebagian besar kardinal pemilih (80%) ditunjuk oleh Paus Fransiskus, yang menunjukkan kemungkinan kuat terpilihnya Paus dengan pandangan progresif.
Beberapa kandidat terkemuka yang disebut-sebut sebagai calon Paus baru antara lain:
- Kardinal Pietro Parolin (Italia): Sekretaris Negara Vatikan yang dikenal sebagai diplomat ulung dan moderat.
- Kardinal Luis Antonio Tagle (Filipina): Kardinal dari Asia yang mendukung kelompok minoritas dan dikenal dengan pandangan terbuka.
- Kardinal Fridolin Ambongo (Republik Demokratik Kongo): Kardinal dari Afrika yang menonjol dalam isu-isu keadilan sosial.
- Kardinal Jean-Marc Aveline (Prancis): Kardinal dari Eropa yang memiliki pandangan moderat.
- Kardinal Mateo Zuppi (Italia): Kardinal dari Italia yang dikenal dengan pendekatan dialogis dan moderat, serta perannya dalam diplomasi Vatikan yang penting.
Mengingat keberagaman latar belakang para kardinal yang terlibat dalam konklaf, serta berbagai profil calon Paus yang mencuat, para umat Katolik mengharapkan bahwa pemimpin yang terpilih akan memiliki kemampuan untuk membawa Gereja Katolik ke arah yang lebih inklusif dan responsif terhadap tantangan zaman.
Keberagaman ini mencakup perbedaan geografis, budaya, serta pandangan teologis yang masing-masing kardinal dan calon Paus bawa, yang menunjukkan bahwa Gereja Katolik semakin menekankan pentingnya perspektif global dalam mengambil keputusan-keputusan penting.
Pemimpin baru ini diharapkan mampu menyatukan Gereja dalam menghadapi masa depan yang penuh perubahan, dengan tetap menjaga tradisi sambil terbuka terhadap inovasi dan reformasi yang relevan dengan zaman.