Gorontalo Kawal Keberlanjutan Hiu Paus Lewat Program LAUTRA
Kota Gorontalo, BAKUKABAR.id – Sebagai bentuk implementasi Program Oceans for Prosperity Project – Laut untuk Kesejahteraan (LAUTRA), Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSPL) Makassar melaksanakan kegiatan monitoring habitat Hiu Paus (Rhincodon typus) di Kawasan Konservasi Wilayah Perairan Teluk Gorontalo pada tahun 2025, Kamis, 3/7/2025.
Kegiatan ini merupakan bagian dari Program LAUTRA Komponen 1, yang berfokus pada pengembangan infrastruktur dan peningkatan kapasitas pengelolaan kawasan konservasi dan ekosistem terumbu karang. Monitoring habitat dilaksanakan di Perairan Desa Botubarani, Kecamatan Kabila Bone, Kabupaten Bone Bolango, yang selama ini dikenal sebagai salah satu lokasi agregasi Hiu Paus di Indonesia.
Satuan Unit Organisasi Pengelola (SUOP) Kawasan Konservasi Teluk Gorontalo turut mendampingi dan memfasilitasi penyediaan data serta informasi terkait kondisi ekosistem habitat Hiu Paus. Hal ini sejalan dengan kewenangan yang diamanatkan melalui Permen KP Nomor 31 Tahun 2020 tentang Pengelolaan Kawasan Konservasi.
Plt. Kepala Bidang Pengelolaan Ruang Laut dan PSDKP Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Gorontalo Hartaty Isima menyampaikan bahwa upaya konservasi sumber daya ikan merupakan langkah penting untuk menjamin keberadaan, ketersediaan, dan kesinambungan pemanfaatan sumber daya perikanan.
“Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2007, konservasi sumber daya ikan mencakup perlindungan, pelestarian, dan pemanfaatan secara berkelanjutan, termasuk perlindungan biota perairan yang terancam punah,” kata Hartaty Isima.
Hartaty menambahkan, sejak tahun 2013, status perlindungan penuh terhadap Hiu Paus telah ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 18 Tahun 2013. “Ini merupakan salah satu langkah konkret menjaga spesies ini dari ancaman kepunahan,” katanya.
Dalam pengelolaan jenis ikan dilindungi, efektivitas menjadi indikator keberhasilan yang utama.
“Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Nomor 11 Tahun 2021, keberhasilan pengelolaan diukur dari efektivitas yang mencakup penyediaan data potensi dan status sumber daya ikan target konservasi,” jelas Hartaty lebih lanjut.
Salah satu tahap penting pengelolaan kawasan konservasi adalah pemantauan dan survei kondisi populasi sumber daya ikan.
“Pemantauan rutin menjadi dasar evaluasi kinerja implementasi program pengelolaan, sehingga siklus perbaikan pengelolaan dapat dilakukan secara berkelanjutan,” tutup Hartaty.
Tim monitoring habitat Hiu Paus yang bertugas terdiri dari berbagai unsur, yaitu BPSPL Makassar (2 orang), BPSPL Makassar Wilker Gorontalo (3 orang), BPSPL Makassar Wilker Manado (1 orang), SUOP Kawasan Konservasi Perairan Teluk Gorontalo (2 orang), dan Universitas Negeri Gorontalo (2 orang).
PIC Monitoring Habitat Hiu Paus BPSPL Makassar, Abdullah, menjelaskan bahwa kolaborasi multipihak ini menjadi kunci penyediaan data akurat dan upaya perlindungan populasi Hiu Paus secara lebih terencana dan terpadu di masa mendatang.
Program konservasi perairan laut ini merupakan bagain dari misi Agromaritim yang menjadi program Gubernur Gorontalo Gusnar Ismail dan Wagub Idah Syahidah.