Melihat Antusiasme Warga Desa Buti Merawat Tradisi dalam Peringati Hari Asyura

Pawai Obor dalam rangka memperingati 10 Muharram di Desa Buti, Kecamatan Mananggu, Kabupaten Boalemo, Sabtu (5/7/2025), malam.

Bakukabar.id, Boalemo – “Shallallahu ala Muhammad shallallahu alaihi wasallam” lantunan sholawat terus mengalir tanpa henti diucapkan.

Tak seperti pawai biasa, di Desa Buti, Kecamatan Mananggu, Kabupaten Boalemo, Gorontalo, peringatan Hari Asyura atau 10 Muharram bukan sekadar acara seremoni belaka.

Malam itu, Sabtu (5/07/2025), langit di Desa Buti begitu terang dipenuhi cahaya ratusan obor, yang bersinar mengelilingi sepanjang jalan.

Lantunan dzikir dan sholawat menggema, menyuguhkan suasana damai, sakral nan penuh khidmat terpancar dalam senyuman dan setiap langkah anak-anak kecil dan orang dewasa yang mengikuti pawai itu.

Di sepanjang jalan, antusiasme warga lain juga terlihat, mereka keluar rumah, berdiri di pinggir jalan, menyaksikan arak-arakan, seakan tidak ingin melewatkan malam nan sakral penuh khidmat itu.

“Malam ini begitu terasa sangat sakral dan penuh khidmat, dan ini hanya bisa ditemui setahun sekali, yakni dalam peringatan Asyura,” kata Kepala Desa Buti, Jhodi Thalib

Ia menjelaskan, kegiatan itu adalah ritual kolektif yang menghidupkan kembali semangat kebersamaan, spiritualitas, dan gotong royong.

“Tahun ini, seperti tahun-tahun sebelumnya, warga Buti dari berbagai usia kembali turun ke jalan, menyalakan obor, dan menyatu dalam arak-arakan mengelilingi desa,” ungkapnya

Sekitar pukul 18.30 Wita, pasca bada salat Magrib, arak – arakan itu dimulai, dipimpin oleh anak-anak Sekolah Dasar Negeri (SDN) 08 Mananggu, yang berjalan di barisan pertama.

Lalu, di belakang mereka, disusul para mahasiswa KKN dari Universitas Negeri Gorontalo, pemuda Karang Taruna, ibu-ibu dan bapak-bapak, tokoh masyarakat, dan Pengurus Masjid Nurul Yaqin.

Bahkan terlihat pemerintah desa dan BPD turut berjalan bersama dalam pawai itu, mengelilingi desa hingga selesai menjelang salat Isya.

“Ini murni keinginan warga. Pemerintah desa hanya memfasilitasi, tapi ruh kegiatan ini datang dari masyarakat sendiri,” katanya.

Ia menuturkan, perayaan seperti ini bukan hanya soal tradisi, tapi juga ruang pendidikan spiritual bagi generasi muda.

“Setiap tahun kita gelar ini, dan insyaallah ke depan akan terus kita lestarikan sebagai bentuk mengenang sakralitas bulan Muharram,” lanjutnya

Sementara itu, Ketua Karang Taruna Desa Buti, Uyan Nani, juga menyampaikan rasa bangga dan haru terhadap semangat pemuda Desa Buti dan Mahasiswa KKN UNG yang turun andil penuh dalam kegiatan itu.

“Saya sangat bangga dan terharu. Pemuda Buti memang kompak. Mereka bekerja sama dengan takmirul masjid dan teman-teman KKN UNG dengan semangat luar biasa,” ujar Uyan, penuh haru.

Bagi Uyan, pawai obor bukan hanya kegiatan keagamaan, tetapi momen langka ketika seluruh warga desa bisa berdiri setara tanpa berdiri setara sekat, berjalan mengelilingi sepanjang jalan desa.

“Semoga tahun depan bisa lebih meriah lagi, dan kekompakan Karang Taruna tetap terjaga,” ungkapnya

Kontributor : Ucil

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tutup