Bapppeda Gorontalo Teliti Lulusan SMP yang Tidak Melanjutkan ke SMA
KBRN, Gorontalo – Badan Perencanaan, Penelitian dan Pembangunan Daerah (Bapppeda) Provinsi Gorontalo menggelar seminar proposal strategi penanggulangan anak putus sekolah SMP karena faktor ekonomi keluarga di Provinsi Gorontalo.
Ketua tim peneliti Dr Muchtar Ahmad memaparkan masalah pendidikan siswa tingkat SMP/sederajat yang setelah lulus tidak bisa melanjutkan ke jenjang ke SMA/sederajat. Salah satu faktornya adalah kemiskinan yang mendera keluarga mereka.
Riset ini sangat penting untuk menjawab pertanyaan ke mana sebagian lulusan SMP/sederajat yang tercatat sekitar 27 ribu siswa, sementara siswa baru yang masuk ke jenjang SMA/sederajat hanya sekitar 15 ribu siswa.
“Meskipun berbagai upaya telah dilakukan, tingkat kemiskinan di Provinsi Gorontalo masih menjadi perhatian serius. Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2025 angka kemiskinan daerah ini mencapai 13,87 persen,” kata Muchtar Ahmad, Senin (25/8/2025).
Muchtar mengungkapkan angka kemiskinan penduduk Gorontalo ini masih di atas rata-rata nasional yang berada di 9,36 persen. Hal ini mengindikasikan adanya kelompok masyarakat yang masih rentan dan memerlukan perhatian khusus.
“Data kemisinan menjadi cermin prioritas pembangunan yang perlu ditunjau kembali secara strategis,” ujar Muchtar.
Masih adanya tantangan di sektor pendidikan ini juga menyebabkan indek pembangunan manusia (IPM) Gorontalo masih di bawah IPM nasional meskipun menunjukkan kecenderungan kenaikan. IPM ini merupakan indikator kemajuan dalam kualitas hidup, pendidikan dan kesehatan.
Kecenderungan peningkatan angka IPM Gorontalo ini mencapai 72,01, sedangkan IPM nasional sebesar 75,02. Selisih angka ini yang harus dikejar, bahkan dilampaui oleh semua pemangku kepentingan di Provinsi Gorontalo, tanggung jawab ini tidak semata-mata di pundak Pemerintah Provinsi Gorontalo, namun juga menjadi tugas para pihak lainnya.
“Angka IPM yang amsih di bawah IPM nasional menandakan bahwa ada ruang untuk peningkatan di sektor-sektor kunci seperti pendidikan yang lebih merata dan akses kesehatan yang lebih baik,” tutur Muchtar.
Namun Muchtar mengaku faktor kemiskinan bukanlah satu-satunya menyebab masalah lulusan SMP/sederajat tidak melanjutkan ke jenjang SMA/sederajat, ada faktor lainnya yang juga berperan seperti pola pikir orang tua dan kondisi masyarakat.
Tim peneliti yang beranggotakan Dr Rustam Tohopi dan Mahyudin Humalanggi MSi ini juga menyajikan sejumlah dampak akibat anak putus sekolah, yaitu kerugian individu berupa anak akan kehilangan kesempatan meningkatkan kualitas hidup dan pengembangan diri, hambatan pengembangan SDM manusia Gorontalo secara menyeluruh, dan berpotensi memperkuat lingkaran kemiskinan antargenerasi.
“Anak yang putus sekolah rentan terseret dalam lingkaran kemiskinan, berkurangnya keterampilan dan wawasan, serta peluang kerja yang terbatas,” ungkap Muchtar.
Dalam riset ini tim peneliti melakukan identifikasi masalah inti strategi penanggulangan siswa lulusan SMP/sederajat yang tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan SMA/sederajat karena faktor ekonomi keluarga, membuat analisis faktor yang mempengaruhi dan strategi penanggulangannya, memformulasikan strategi penanggulangan melalui penanganan faktor ekonomi keluarga, dan merumuskan strategi kebijakan penanggulangan anak lulusan SMP/sederajat tidak melanjutkan sekolah ke jenjang lebih tinggi.
Dalam seminar proposal penelitiaan yang dibuka Tity Iriani Datau Kepala Bidang Riset dan Inovasi Bapppeda Provinsi Gorontalo ini menghadirkan tiga orang pembahas Dr Yosef Koton Staf Ahli Gubernur Bidang Kemasyarakatan dan SDM, Hamka Manopo Korwas Dinas Pendidikan Provinsi Gorontalo yang juga Wakil Ketua II PGRI Provinsi Gorontalo, dan Rosyid Azhar jurnalis yang juga pegiat lembaga swadaya masyarakat. Selain itu juga hadir sejumlah perwakilan organisasi perangkat daerah (OPD) terkait.
“Hasil kajian ini bersifat implementatif yang melihatkan para pemangku kepentingan, hasilnya akan menjadi data yang digunakan pimpinan untuk mengambil keputusan,” kata Tity Iriani Datau.