Dua Inovasi Kemenag Daerah Tembus Top 99 Nasional, Aceh Tengah dan Kulon Progo Torehkan Sejarah Pelayanan Publik

Sekretaris Jenderal Kementerian Agama RI, Kamaruddin Amin/ FOTO : Humas

BAKUKABAR.id – Semangat perubahan nyata datang dari lini paling bawah. Dua inovasi unggulan dari Kantor Kementerian Agama (Kankemenag) Aceh Tengah dan Kulon Progo sukses mencuri perhatian nasional. Keduanya dinobatkan sebagai finalis Top 99 Inovasi Pelayanan Publik 2025 oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kementerian PANRB).

Dari 2.378 inovasi yang dikirimkan oleh Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, BUMN, dan BUMD di seluruh Indonesia, dua program dari Kemenag berhasil menembus barisan finalis, menandai kuatnya peran Kemenag dalam mendorong pelayanan publik yang transformasional dan inklusif dari akar rumput.

Dari Tanah Wakaf Hingga Layanan Inklusif

Inovasi pertama, GELITAWA (Geliat Pemberdayaan Tanah Wakaf) dari Kankemenag Aceh Tengah, berhasil mengubah tanah wakaf nonproduktif menjadi sumber penghidupan baru. Program ini mendorong sinergi antara nadzir, tokoh agama, dan petani lokal untuk memanfaatkan tanah wakaf secara berkelanjutan dan berorientasi ekonomi umat.

Sementara itu, dari sisi layanan sosial, LENTERAKU (Layanan Efektif untuk Kelompok Rentan Kemenag Kulon Progo) hadir sebagai oase bagi mereka yang kerap terpinggirkan: perempuan, anak-anak, dan penyandang disabilitas. Inovasi ini membangun ekosistem layanan yang adil, ramah inklusi, dan berbasis pada prinsip keadilan sosial.

Kamaruddin Amin: “Inilah Wajah Baru Kemenag

Sekretaris Jenderal Kementerian Agama RI, Kamaruddin Amin, memberikan apresiasi tinggi terhadap capaian ini. Ia menyebut keberhasilan Aceh Tengah dan Kulon Progo sebagai bukti bahwa perubahan tidak harus dimulai dari pusat.

“Justru dari daerah, kita melihat semangat pengabdian ASN Kemenag yang mampu menerjemahkan nilai pelayanan menjadi aksi nyata yang menyentuh masyarakat,” ujarnya di Jakarta, Sabtu (27/07/2025).

Ia menambahkan, dua inovasi ini mencerminkan wajah baru birokrasi Kemenag—peka terhadap kebutuhan lokal, sigap melayani kelompok rentan, dan mampu mengintegrasikan nilai keagamaan dengan solusi sosial dan ekonomi.

“Prestasi ini bukan hanya soal kompetisi, tapi tentang bagaimana birokrasi kita bekerja dengan hati dan membangun harapan baru bagi masyarakat,” tambah Kamaruddin.

Dari Lomba ke Gerakan Nasional

Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) 2025 yang diselenggarakan Kementerian PANRB telah menjadi barometer reformasi birokrasi nasional. Masuknya dua inovasi dari Kemenag ke Top 99 menjadi momentum penting untuk menjadikan inovasi sebagai budaya kerja, bukan sekadar proyek seremonial.

Dengan semangat #BerinovasiMelayani, Kemenag menunjukkan bahwa pelayanan publik bukan sekadar kewajiban administratif, melainkan panggilan pengabdian yang mampu mengubah nasib banyak orang—mulai dari lahan wakaf yang sebelumnya tidur, hingga kelompok masyarakat yang selama ini terabaikan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tutup