Gerakan Nurani Bangsa Desak Presiden Hentikan Kekerasan dan Kembalikan Kepercayaan Publik
Bakukabar.id— Gerakan Nurani Bangsa yang digerakkan sejumlah tokoh lintas agama, intelektual, dan budayawan menyampaikan seruan moral kepada Presiden Prabowo Subianto terkait situasi sosial politik yang belakangan ini memanas akibat gelombang aksi unjuk rasa di berbagai daerah.
Dalam pernyataannya, Gerakan Nurani Bangsa meminta Presiden selaku Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan menjadikan kemanusiaan dan keberpihakan kepada rakyat sebagai pijakan utama kebijakan negara. Mereka mendesak pemerintah untuk menghentikan segala bentuk tindakan represif aparat terhadap demonstrasi yang merupakan bagian dari kebebasan berpendapat.
“Rakyat murka karena menyaksikan sebagian elit penguasa yang tidak sensitif dan berempati terhadap beban rakyat. Presiden harus segera memimpin dan memerintahkan semua institusi negara bersikap berdasarkan etika, kebersahajaan, dan asas kepatutan demi mengembalikan kepercayaan masyarakat luas,” demikian salah satu poin seruan tersebut.
Gerakan Nurani Bangsa juga menyampaikan sejumlah rekomendasi, antara lain: Kepolisian segera mengevaluasi kepemimpinan dan kebijakannya agar tidak melanggar HAM.
Pemerintah menjaga stabilitas ekonomi nasional dengan pengelolaan APBN yang transparan dan akuntabel.
Penghapusan tunjangan dan fasilitas pejabat publik yang berlebihan.
Penguatan program kesejahteraan sosial dan koreksi terhadap kebijakan yang mengurangi pemenuhan hak dasar rakyat.
Selain itu, gerakan ini menegaskan pentingnya penegakan prinsip supremasi sipil dalam demokrasi serta mendorong TNI/Polri tetap profesional sesuai tugas pokok dan fungsinya.
Mereka juga mengimbau masyarakat agar membangun kesadaran kolektif secara damai, tanpa kekerasan, perusakan, atau penjarahan.
Di bagian akhir, Gerakan Nurani Bangsa mengajak para pemuka agama, budayawan, akademisi, pimpinan rumah ibadah, dan seluruh elemen masyarakat untuk terus mendoakan serta ikut menjaga keselamatan bangsa.
Gerakan Nurani Bangsa digerakkan oleh tokoh-tokoh nasional diantaranya Ibu Nyai Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid, M. Quraish Shihab, KH. Ahmad Mustofa Bisri, Mgr. Ignatius Kardinal Suharyo, Franz Magnis-Suseno SJ, Amin Abdullah, Alissa Q. Wahid, Lukman Hakim Saifuddin, Karlina Rohima Supelli, Pendeta Jacky Manuputty, Pendeta Gomar Gultom, hingga budayawan Slamet Rahardjo.