Hari Ibu Nasional: Momentum Memperkuat Solidaritas Perempuan, Bukan Seremonial Belaka
Kabar Perempuan – Setiap tanggal 22 Desember adalah hari bersejarah buat kaum Ibu atau perempuan di Indonesia. Momentum tersebut diperingati setiap tahunnya. Namun sejauh mana pemaknaan orang-orang terhadap peringatan Hari Ibu Nasional 2024?
Akankah perempuan sudah berdaya dan seperti apa problem perempuan hari ini? Redaksi bakukabar.id mengulas khusus peringatan Hari Ibu Nasional 2024.
Sejarah dan Keputusan Kongres Pertama Perempuan
Peringatan Hari Ibu Nasional tentu merujuk pada penyelenggaraan Kongres Perempuan pertama pada 22 Desember 1928, yang dilaksanakan selama empat hari di Yogyakarta.
Momen tersebut dianggap penting sebagai tonggak bersejarah pergerakan dan perjuangan perempuan nasional kala itu.
Para perempuan-perempuan dahulu sebelum menghadiri kongres pertama, mereka telah tergabung dalam beberapa organisasi pemuda, seperti Jong java, jong Sumatra Bond, jong celebes, Jong Islamieten bond, dan seterusnya.
Atas gagasan, kesadaran, dan kedudukan perempuan dalam masyarakat Indonesia, upaya menggelar pertemuan perempuan dianggap suatu keharusan.
Hasilnya, disepakati kongres perempuan pertama pada tanggal 22 – 25 Desember 1928 dan melahirkan keputusan bersejarah yakni, memperjuangkan emansipasi, utamanya pada bidang pendidikan dan politik perempuan.
Mengingat tujuan diadakannya kongres perempuan pertama ialah menyatukan seluruh organisasi perempuan ke dalam suatu organisasi federasi tanpa memandang latar belakang agama, suku, dan status sosial lainnya.
Ada tiga puluh organisasi perempuan atau sebanyak 1000 peserta menghadiri kongres perempuan pertama itu.
Keputusan-keputusan yang lahir dari kongres perempuan pertama diantara-Nya; Isu pendidikan, perkawinan dan perlindungan perempuan dan anak-anak.
Sejauh mana pemaknaan Hari Ibu Nasional di Gorontalo?
Refleksi Hari Ibu 22 Desember 2024 kali ini dinilai hanya sebatas mengungkapkan, menyanjung, dan ucapan terima kasih kepada perempuan atau ibu yang telah melahirkan.
Kritik atas perayaan hari Ibu yang jatuh pada akhir tahun 2024 datang dari aktivis perempuan, Nurlela Maksud. Menurutnya, refleksi hari Ibu pada 22 Desember tidak hanya sebatas ucapan, tapi juga dibarengi dengan tindakan nyata.
Misalnya, kata Ela sapaan akrab, bahwa ungkapan melalui tulisan di berbagai platform sosial media, pun sarana lainya diwujudkan dengan aksi nyata, yakni perhatian, dukungan terhadap cita-cita, dan meringankan beban yang tengah dialami seorang ibu.
“Refleksi itu penting, namun harus dibarengi dengan tindakan nyata. Ungkapan kasih sayang harus diwujudkan dalam bentuk perhatian sehari-hari, dukungan terhadap cita-cita ibu, dan upaya meringankan bebannya”, papar aktivis Fatayat NU Gorontalo ini.
Peringatan Hari Ibu Nasional yang termaktub dalam Dekrit Presiden No. 316 tahun 1959 perlu dimaknai oleh semua lapisan masyarakat.
“Bahwa Dekrit Presiden tidak sebatas keputusan dan keharusan merayakannya, melainkan sebuah peristiwa nasional yang menghargai betapa pentingnya peran perempuan dalam sejarah dan pembangunan bangsa”, jelas Ella.
Fakta Perempuan Hari ini
Namun faktanya, perempuan masih ‘terjajah’ oleh berbagai situasi yang ia alami. Kekerasan terhadap perempuan meningkat. Komnas Perempuan merilis data sebanyak 34.682 kasus korban kekerasan terhadap perempuan sepanjang 2024.
Dari jumlah data kekerasan itu meliputi, kekerasan seksual, kekerasan psikis, kekerasan fisik , dan kekerasan ekonomi.
Nurlela berharap, perempuan-perempuan di Gorontalo perlu menyuarakan isu-isu spesifik yang dialami perempuan. Mulai dari kesetaraan gender, advokasi kebijakan , pendidikan dan pemberdayaan ekonomi perempuan.
Disisi lain, ia tidak setuju jika perempuan sebatas urusan rumah tangga, (kasur, dapur dan lantai rumah), tapi juga memiliki hak dan kapasitas dimiliki laki-laki. Perempuan lanjut Ella, harus berkontribusi dalam segala bidang, baik politik, ekonomi, dan sosial.
Di satu sisi, ia juga menyoroti komersialisasi media terhadap perempuan hari ini. Menurutnya, media telah mengaburkan makna Hari Ibu. Namun dengan begitu, adalah peluang untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang arti penting peran perempuan selama ini.
Ia menilai, peran perempuan, baik mereka berada ditingkat nasional maupun di Gorontalo telah menunjukkan kemajuan yang signifikan. Namun disisi lain banyak tantangan yang dihadapi.
“Misalnya soal penghapusan diskriminasi gender, perlindungan terhadap kekerasan terhadap perempuan, dan minimnya representasi perempuan dalam berbagai sektor”, katanya.
Di Gorontalo misalnya, potensi perempuan sangat besar, namun tidak dibarengi dengan infrastruktur yang memadai, termasuk kebijakan yang inklusif.
Saatnya, kata Ella, perempuan Gorontalo menyuarakan hak pendidikan bagi perempuan, akses layanan kesehatan reproduksi, peluang usaha dan akses permodalan bagi perempuan.
“Sehingga hari Ibu yang senantiasa diperingati setiap tahun benar-benar memihak nasib perempuan. Hari ibu kali ini adalah kesempatan perempuan-perempuan mempererat solidaritas dan mendorong perubahan secara sistemik, bukan sebatas ungkapan dan seremonial belaka”, tutup Ella