Kisah Inspiratif Ibu Warni asal Gorontalo, Berdagang Es Kelapa Demi Empat Anak

Ibu Warni (55) pedangang es kelapa muda di jalan palu, kota tengah/ Foto : reza (bakukabar.id)

Kabar Perempuan – Peringatan Hari Ibu Nasional yang jatuh pada 22 Desember 2024 kemarin sejatinya adalah perayaan untuk menghargai jasa perjuangan seorang ibu.

Hari Ibu adalah hari dimana seorang ibu mendapatkan ucapan atas jasa-jasanya selama ini. Menghargai kedudukannya, peran dan kontribusi dalam rumah tangga.

Sebagaimana tema Hari Ibu Nasional 2024 bertajuk; Perempuan Menyapa, Perempuan Berdaya Menuju Indonesia Emas 2045.

Peringatan Hari Ibu Nasional 22 Desember ditandai dengan Kongres Perempuan Pertama di Yogyakarta tahun 1928 dan diperkuat melalui Dekrit Presiden No. 316 tahun 1959.

Lantas seperti apa makna Hari Ibu Nasional di Gorontalo?

Hari Ibu Nasional yang dirayakan pada tanggal 22 Desember 2024 tidak berlaku dan berarti buat Warni Ange (55) pedagang es kelapa muda yang beralamatkan di jalan Palu, kelurahan Liluwo, kecamatan kota tengah .

Menurut Warni, hari Ibu Nasional yang diperingati setiap tahun tidak pernah ia tahu seperti apa perayaan-perayaan selama ini.

Bahkan kata ia, ucapan dan perayaan-perayaan hari Ibu tak pernah ia temui. Apakah itu dalam kehidupan keluarga, maupun di lingkungan sekitarnya.

Meski begitu, Ibu empat anak ini bisa dijadikan inspiratif bagi kita. Betapa gigihnya perjuangan Warni dalam kehidupan sehari-hari.

Warni yang keseharian menjajakan es kelapa muda mengisahkan bagaimana perjuangan dalam kehidupan rumah tangga dan kegigihan memiliki rumah yang layak huni bagi keluarga dari usaha itu.

Dimana rumah yang ditempati Warni dan keluarga sebelumnya berbentuk semi permanen.

Berkat usaha yang ia geluti, Warni dan keluarga dapat menempati rumah yang layak, sebagaimana rumah warga tetangga lainnya.

“Saya dan keluarga bersyukur telah memiliki rumah yang layak bagi keluarga. Ini hasil dari usaha menjual es kelapa muda yang saya  kumpulkan selama dua tahun”, tutur Warni kepada awak bakukabar.id, Senin (23/12/2024).

Dalam usaha tersebut, Warni tidak hanya sendiri. Ia dibantu suami menjajakan dagangan yang sama, namun berbeda tempat. Suaminya, kata Warni membuka lapak dagangan di ruas jalan agus salim.

“Kadang juga suami tidak buka lapak, jika ada sesuatu yang perlu dikerjakan di luar. Tapi saya harus tetap berjualan, karena so disini mata”, terangnya.

Warni yang tidak tamat pendidikan dasar ini menceritakan bagaimana kehidupan sehari-hari. Ia memilih berdagang ketimbang kumpul dengan ibu-ibu di sekitar.

Kecuali, kata Warni, ada undangan hajatan tetangga yang wajib untuk dihadiri

“Kalo baku-baku kumpul, saya menghindari urusan yang tidak perlu diurus. Itu bekeng tambah-tambah urusan”, tandas Warni.

Hal tersebut diakui tetangga, Suharti Suma (46) tentang aktivitas Warni yang dijalani sehari-hari.

“Ia (Warni) itu turun membuka untuk membuka lapak es kelapa, kalo saya sering lihat, mulai di jam 9 pagi dan  pulang ke rumah itu biasanya jam 4 sore”, katanya.

Menurut Ati sapaan akrab mengatakan, Warni adalah tetangga yang baik dan juga ramah. Akan tetapi ia jarang kumpul karena aktivitas keseharian berdagang.

So tidak ada waktu kasihan kalo kumpul-kumpul. Pulang itu kan nanti sore. Sampe di rumah kan harus beres-beres”, tutup Ati.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tutup