Penanaman Jagung di Lereng Dikaji Bapppeda Gorontalo
GORONTALO, BAKUKABAR.id – Masalah pertanian jagung di lahan miring menjadi bahasan menarik dalam seminar proposal kajian potensi dan dampak sistem usahatani konservasi dalam budidaya jagung di lahan miring yang dilaksanakan Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bapppeda) Provinsi Gorontalo.
Sebagai produk unggulan daerah, jagung menjadi tulang punggung ekonomi hampir semua petani dan menjadi komoditas ekpsor Provinsi Gorontalo.
“Meskipun produktivitas jagung Gorontalo masih di bawah rata-rata nasional, namun Gorontalo menduduki peringkat 7 nasional luas panen dan produksi jagung pipilan kering,” kata Zulham Sirajuddin PhD ketua tim peneliti, Selasa (26/8/2025).
Zulham mengungkapkan terdapat permasalahan dan tantangan peningkatan produktivitas jagung di daerah ini, salah satunya adalah jagung diproduksi pada daerah perbukitan (lahan miring) yang memiliki kerentanan terhadap erosi. Hal ini juga menjadi tantangan tersendiri terhadap ekologi, ekonomi dan sosial.
“Hampir 90 persen tepatnya 89,84 persen jagung ditanam di lahan miring, sedangkan sisanya sebesar 10,16 persen ditanam di lahan datar,” ujar Zulham.
Dalam riset ini peneliti yang beranggotakan Fardyansyah Hasan MSi, Ivana Butolo MP, dan Gema Putra Baculu MPA menawarkan pendekatan teknologi Sistem Usahatani (SUT) Konservasi pada Lahan Pegunungan yang diatur Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) 47 tahun 2006, dan pendekatan regulasi melalui Undang-Undang nomor 37 tahun 2014 tentang konservasi tanah dan air.
Solusi di lahan miring ini adalah dengan membangun teras gulud, yaitu barisan guludan yang dilengkapi dengan saluran air di bagian belakang dulud. Metode ini dikenal pula sebagai guludan bersaluran.
Di bagian guludan ini dapat ditanami rumput gajah atau odot. Funsgi rumput odot ini adalah memperkuat guludan melalui cengkeraman akarnya, selain itu rumput odot ini bisa dianen berulang kali dalam satu musim tanam jagung.
“Bisa juga tanaman lain seperti akar wangi atau cabai,” tutur Zulham.
Melalui pengolahan lahan sesuai garis kontur dan pembuatan guludan akan mampu mengendalikan erosi dan konservasi tanah dan air. Sedangkan penguat teras dilakukan dengan budidaya tanaman sela/penguat teras guludan selain tanaman utama dengan manfaat ekonomi dan lingkungan.
Selain itu juga para petani harus diajarkan teknik budidaya melalui penanaman benih unggul, pemupukan berimbang, pengendalian OPT, pemanfaatan limbah organik (tongkol jagung).
“Melalui metode ini erosi dapat ditekan hingga 26 persen,” tutur Zulham.
Melalui riset ini para peneliti berharap dapat mencapai tujuan penelitian, yaitu mengkaji potensi dan dampak penerapan sistem usahatani konservasi jagung lahan miring, menganalisis dan membuat rekomendasi model konservasi usahatani konservasi jagung, serta mempelajari karakteristik sifat fisik dan kimia tanah dengan aplikasi biochar limbah tongkol jagung untuk mendukung sistem usahatani konservasi.
Dalam kondisi lahan pertanian Gorontalo yang banyak didominasi lahan miring, penelitian ini dianggap penting dan akan menjadi solusi atas masalah klasik, erosi yang selama ini mendera para petani. Para petani dapat mengadopsi inovasi baru bagi mereka yang belum mempraktikkan melalui penerapan, inovasi ini diharapkan memiliki dampak langsung terhadap petani. Petani tidak kehilangan komoditas jagung yang selama ini menjadi andalan utamanya. Selama ini praktik budidaya jagung di kelerengan merupakan masalah pertanian yang tidak ramah lingkungan. Isu-isu perubahan iklim dan ekosistem yang menjadi isu global bersinggungan dengan pendekatan ini.
“Limbah hasil panen jagung yang selama ini hanya dibakar dan mengakibatkan polusi dapat dihindari dengan menjadikan sebagai biochar,” ujar Zulham.
Dalam seminar ini menghadirkan tiga orang pembahas, yaitu Dr Sumarni Panikkai Kepala Balai Penerapan Modenisasi Pertanian (BPMP) Gorontalo, Dr Wawan Tolinggi Ketua Forum DAS Provinsi Gorontalo yang juga dosen Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo, dan Rosyid Azhar jurnalis dan pegiat lembaga swadaya masyarakat. Sejumlah masukan seminar ini juga datang dari sejumlah organisasi perangkat daerah yang menjadi peserta.
Tity Iriani Datau Kepala Bidang Riset dan Inovasi Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bapppeda) Provinsi Gorontalo yang membuka kegiatan ini mengatakan Gubernur Gorontalo Gusnar Ismail dan Wakil Gubernur Idah Syahidah telah memprogramkan Agro-maritim yan menjadi prioritas pembangunan di Gorontalo. Dalam program ini produktifitas jagung terus dipacu untuk mewujudkan Gorontalo sebagai provinsi penyangga pangan di Indonesia.
“Kalau ada lahan yang kurang produktif maka harus dikelola agar menjadi produktif. Bahkan selama ini pembeli jagung mancanegara selalu meminta kiriman jagung Gorontalo atau setidaknya dari Sulawesi,” ucap Tity Datau. (mcgorontaloprov)