Pendekatan Spasial untuk Pengembangan Kawasan Strategis Pariwisata

Seminar proposal optimalisasi kebutuhan ruang destinasi pariwisata unggulan di Provinsi Gorontalo.

GORONTALO, BAKUKABAR.id –  Sejumlah isu lokal kepariwisataan di Provinsi Gorontalo dipaparkan tim peneliti Badan Perencanaan, Penelitian dan Pembangunan Daerah (Bapppeda) Provinsi Gorontalo, Senin (25/8/2025).

Isu ini antara lain adanya fragmentasi pemanfaatan ruang, yaitu banyaknya destinasi wisata belum memiliki perencanaan tata ruang yang jelas, menimbulkan tumpang tindih pemanfaatan lahan, semisal antara ruang wisata, permukiman, dan perikanan.

Juga adanya keterbatasan amenitas dan aksesibilitas lokal akibat minimnya fasilitas pendukung di level destinasi, hal ini sangat menghambat peningkatan lama tinggal dan belanja wisatawan.

“Ada juga ancaman degradasi lingkungan seperti permasalahan sampah, alih fungsi lahan sempadan, dan kerusakan ekosistem,” kata M Fakhri Jamaluddin, MPar, IAP, ketua tim peneliti optimalisasi kebutuhan ruang destinasi pariwisata unggulan di Provinsi Gorontalo.

M Fakhri Jamaluddin yang akarab disapa Abyan ini merupakan praktisi penataan ruang pariwisata berkelanjutan yang juga ahli perencanaan wilayah dan kota lulusan pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung.

Selain ketiga hal tersebut, Abyan juga menambahkan isu ketimpangan distribusi pariwisata, hal ini ditunjukkan masih terkonsentrasi di beberapa daerah tujuan wisata, sedangkan potensi di  destinasi lainnya belum dimanfaatkan secara optimal.

Dalam riset ini Abyan berkolaborasi dengan peneliti lainnya, yaitu Mahyudi Humalanggi MSi.

Selain menghadapi isu lokal, dunia pariwisata Gorontalo juga dihadapkan dengan isu regional di kawasan Wallacea yaitu kawasan bio-geografi di Indonesia yang meliputi pulau Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara. Juga kawasan Weber yang di wilayah Maluku dan Maluku Utara.

Di kawasan ini menjadi zona transisi bio-geografi dunia antara Asia dan Australia , kawasan ini sangat kaya biodiversitas serta memiliki kombinasi alam dan budaya yang unik.

Abyan menyebut tiga isu regional, yaitu persaingan destinasi, konektivitas antar daerah, dan masa akhir Ripparnas.

“Wallacea memiliki banyak spesies burung dan fauna peralihan unik, beberapa ditemukan di Gorontalo. Persaingan langsung dengan destinasi unggulan di Bunaken Sulawesi Utara dan Kepulauan Togean Sulawesi Tengah,” ujar Abyan.

Ia menilai tanpa kajian dan implementasi yang komprehensif mengenai kebutuhan ruang pariwisata, Gorontalo berisiko tertinggal meskipun memiliki ragam keunggulan khas.

Tren pariwisata regional juga menuntut aksesibilitas pariwisata yang cepat dan nyaman. Sementara keterhubungan jalur darat, laut, dan udara masih terbatas.

Di masa akhir Ripparnas ini perlu mempersiapkan dan menetapkan Ripparnas periode selanjutnya, dalam kondisi ini nilai tawar destinasi Gorontalo harus ditingkatkan, termasuk dukungan kebijakan pariwisata nasional.

Dalam riset ini Abyan dan Mahyudin akan melakukan pendekatan spasial sebagai strategi pengembangan kawasan strategis pariwisata Provinsi Gorontalo.

Dalam seminar proposal ini Abyan juga mengemukakan empat megatren pariwisata, yang pertama adalah End of Ambition yaitu bekerja sambil healinga atau refreshing, biasanya dalam bentuk wellness tourismeco-tourism. Kedua Embellished Escapism yaitu pengalaman libur yang unik seperti sport tourism, ketiga Always in Doubt atau kualitas pelayanan dan kelengkapan informasi destinasi, dan yang terakhir adalah Polycentric Lifestyle atau mencari keunikan daya tarik wisata di daerah.

Kepala Bapppeda Provinsi Gorontalo Wahyudin A Katili yang hadir didampingi Kepala Bidang Riset dan Inovasi Tity Iriani Datau dalam seminar ini menyambut baik dan berharap riset ini merupakan penelitian implementatif yang mengembangkan riset-riset dasar sebelumnya dengan merangkul praktisi dan akademisi.

“Kami berharap hasil kajian ini segera dapat diimplentasikan, karena daerah harus tumbuh dengan entitas sendiri,” kata Wahyudin Katili.

Wahyudin juga mengingatkan bahwa kebijakan kepariwisataan harus melibatkan parapihak, termasuk akademisi, masyarakat dan komunitas. Hasil-hasil kajian yang telah dilakukan juga harus dipublikasikan agar diketahui masyarakat.

Wahyudin juga mengatakan bahwa Gubernur Gorontalo dan Wagub Idah Syahidah selalu mengingatkan kajian-kajian yang dilaksanakan selama ini harus bisa diterapkan untuk kepentingan dan pelayanan masyarakat.

Dalam seminar proposal ini Bapppeda menghadirkan organisasi perangkat daerah terkait dan tiga pembahas yang berasal dari Mukmin Badu Ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Provinsi Gorontalo, Rosyid Azhar wartawan dan pemandu Geowisata Indonesia, dan Aryanto Husain Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Gorontalo.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tutup