Penyerangan Kantor Satpol PP Gorontalo, Polisi Dalami Motif dan Identitas Pelaku
Bakukabar.id, Gorontalo – Kepolisian Resor Kota (Polresta) Gorontalo Kota tengah mendalami kasus penyerangan terhadap Kantor Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Gorontalo yang terjadi pada Minggu (6/7/2025) dini hari.
Insiden tersebut diduga dilakukan oleh sekelompok pemuda tak dikenal yang tiba-tiba mendatangi kantor Satpol PP yang terletak di Jalan Sultan Botutihe, Kecamatan Kota Timur. Aksi tersebut menyebabkan sejumlah fasilitas kantor rusak. Bahkan, seorang anggota kepolisian dilaporkan turut menjadi korban dalam kejadian tersebut.
Kasat Reskrim Polresta Gorontalo Kota, AKP Akmal Novian Reza, S.I.K., membenarkan bahwa pihaknya telah menerima dua laporan resmi terkait insiden ini.
“Dua laporan tersebut masing-masing berkaitan dengan dugaan penganiayaan terhadap anggota kepolisian yang merupakan anak dari pemilik kafe dan saat itu sedang melintas, serta tindak pengrusakan terhadap fasilitas Kantor Satpol PP,” jelas AKP Akmal.
Menurutnya, pihak kepolisian saat ini masih melakukan penyelidikan secara intensif guna mengungkap identitas para pelaku maupun motif di balik penyerangan tersebut.
“Kami tengah mengumpulkan keterangan dari sejumlah saksi dan juga memeriksa bukti-bukti yang ada di lokasi kejadian. Fokus kami saat ini adalah mengungkap siapa pelaku dan alasan mereka melakukan penyerangan,” ujar AKP Akmal.
Pihak kepolisian juga mengimbau masyarakat agar tetap tenang dan tidak terprovokasi oleh informasi yang belum pasti, serta menyerahkan sepenuhnya proses penanganan kasus ini kepada aparat yang berwenang.
“Segala informasi yang berkembang tentu akan kami dalami. Kami mohon masyarakat tetap tenang dan tidak mengambil tindakan di luar hukum,” tutupnya.
Wali Kota Gorontalo Mengecam Keras
Wali Kota Gorontalo, Adhan Dambea, mengecam keras aksi brutal ini, apalagi insiden itu terjadi pada momentum peringatan Hari Bhayangkara.
Ia menyebut bahwa tindakan tersebut tidak hanya melanggar hukum, tapi juga mencederai kerja sama antara pemerintah daerah dan institusi kepolisian.
“Ini sangat disayangkan. Di bulan perayaan Hari Bhayangkara yang taglinenya ‘Polisi bersama masyarakat’, justru terjadi sebaliknya. Polisi menyerang masyarakat, bahkan aparat pemerintah,” tegasnya.
Adhan menyebut, insiden bermula dari razia terhadap kafe milik seorang warga bernama Indra—yang disebut sebagai ayah dari salah satu pelaku penyerangan.
Saat razia dilakukan, ditemukan sejumlah pelanggaran, namun pemilik kafe tidak kooperatif.