Pomama; Camilan Sehat yang terkubur Zaman
Para leluhur (mongo panggola mulolo) punya camilan sehat. Disuguhkan kepada setiap tamu yang datang bersilaturahmi. Camilan ini tidak hanya berfungsi untuk mengakrabkan hubungan antar individu. Tetapi juga secara medis menyehatkan. Bahan-bahannya masih banyak tersedia dan dijual dipasar-pasar tradisional. Banyak yang membeli tetapi sekadar pelengkap ritual dan tradisi, tak ada lagi yang mau mengunyahnya.
Sejak kecil, anak-anak masa lalu terbiasa berburu camilan alami. Seru-seruan di alam, berebut, berkeringat hingga luka-luka dan lebam. Mereka hanya sesekali mengecap permen dan biskuit yang diperoleh dari hasil keringat sendiri.
Perjuangan Mendapatkan Uang Jajan
Modanta bongo adalah aktivitas mencari buah kelapa milik warga yang runtuh. Pemilik kelapa seolah telah menghalalkan kelapa yang berjatuhan akibat ditiup angin. Anak-anak kampung akan berlari kencang ke arah suara dentuman kelapa.
Sebelum angin bertiup, mereka telah melakukan survey, mengamati buah pohon mana yang sudah kering. Lebih detil lagi menghafal jumlah dan warna buah yang masih menggantung erat.
Medan perburuan buah kelapa runtuh dipenuhi semak belukar, Kadang-kadang dikerumuni mimosa; jenis duri yang merayap. Hati-hati tersengat daun tahi; jenis tanaman yang daunnya menyengat, membuat sekujur kulit diserang gatal-gatal. Bisa juga serangan lebah (walihuwa, tambepade, butota atau ti ‘a).
Serangga-serangga ini akan menyerang ketika sarangnya tersenggol. Tak jarang anak-anak dikejar serangga berbisa dan mengancam jiwa.
Anak-anak kampung sudah tahu cara menghindar, mereka segera berlari kencang ke arah sungai, menarik napas dalam-dalam, lalu menyelam beberapa saat lamanya. Gerombolan serangga itu akan beterbangan ke tempat lain.
Anak yang sial, tak bisa berlari cepat atau tidak menemukan sungai, tubuhnya bengkak dan lebam bekas sengatan berbisa. Kalau sudah begini, segera mencari pertolongan.
Warga sudah tahu siapa dukun yang ahli menyembuhkan. Pa’ade Kahu, spesialis penyembuh sengatan hewan berbisa. Hanya dengan usapan air, kadang air ludah Pa’ade, bengkak hilang seketika (delo upayidelo).
Buah kelapa hasil buruan anak-anak bukan untuk dimakan. Segera setelah ditemukan dibawa ke warung Aba Pani, ditukar permen atau makanan ringan. Hasilnya dibagi bersama.
Camilan Dari Alam
Anak kampung memiliki camilan yang beragam, tersedia di alam. Ketika musim mangga atau langsat tiba, pagi-pagi buta mencari buah yang runtuh (modudupa oyile). Membawa morongo (obor) atau lampu senter. Mangga oyile ukurannya kecil dari mangga kuwini.
Menikmati oyile tidak harus memakai pisau, langsung digigit lalu dihisap. Itulah kenapa dinamakan mangga isap. Usai makan harus berjuang keras mengeluarkan serat mangga yang terselip di antara gigi.
Camilan lain adalah daun muda jambu air (wohuto dungo upo). Daun muda ini dilipat seperti kue dadar, sebelumnya ditaruh garam untuk menetralisir rasanya. Tak lengkap rasanya kalau makan tanpa memicingkan mata.
Konon jika anak ingin pintar, kunang-kunang (wolipopo) yang beterbangan di malam hari dimakan bersama pisang masuk (lutu). Tak semua anak bisa melakukan ini. Rasanya jijik menelan serangga.
Buah-buahan yang tersedia di alam. Tidak hanya berfungsi sebagai makanan bergizi, tetapi juga dapat dinikmati sebagai jajanan yang menyenangkan dan sehat. Hanya kehalalannya yang diragukan. Apalagi buah yang diambil tanpa sepengetahuan pemiliknya.
Minuman Segar
Air kelapa muda adalah minuman yang paling segar. Cara mendapatkannya penuh perjuangan. Apalagi kalau pohonnya sudah tinggi (bongo layuhu). Harus pemanjat profesional yang bisa melakukannya. Caranya dengan menggunakan tali besar yang melingkar sebagai pijakan.
Dua kaki dimasukkan ke dalam lingkaran tali, lalu dililitkan pada batang pohon kelapa sambil menjalar seperti ulat hingga mencapai puncak. Tak lupa mengalungkan pedang ke pinggang (mohi anungo).
Tangan kiri berpegangan ke batang kelapa dan tangan kanan mengayunkan pedang ke tangkai kelapa. Butuh keahlian untuk menentukan kelapa muda. Dengan cara menepuk-nepuk. Dari bunyinya akan diketahui.
Air kelapa dan dagingnya dicampur. Ditaburi gula merah (pahangga) secukupnya. Paling mantap ditambahkan beberapa keping es kristal. Inilah yang dinamakan minuman omu.
Anak-anak kampung menjadikan air kelapa muda dan dagingnya sebagai media membatalkan puasa. Tak ada makanan di rumah. Apalagi lemari es belum tersedia. Jadinya ke kebun belakang. Atau ke lahan kebun tetangga. Memilih pohon kelapa rendah dan mengambil satu dua butir kelapa untuk melepas dahaga.
Tak ada lagi anak-anak zaman now yang ditemukan menikmati camilan seperti ini. Maksudnya berburu sendiri di alam. Mereka menikmati buah yang sudah tersedia di pasar buah. Atau sudah dalam bentuk jus di warung-warung atau kafe.
Soal makanan ringan (snack), jangan ditanya. Snack sangat mudah ditemukan bergelantungan di warung-warung terdekat. Berbagai jenis dan merek. Juga tersedia dalam berbagai rasa.
Aneka minuman juga tak ketinggalan. Mulai dari susu kotak, susu botol, minuman berenergi. Semuanya berbahan pengawet yang membahayakan. Ketersediaannya telah menjauhkan anak-anak dari alam, berburu sendiri camilan alami.
Camilan Kalangan Tua
Kalangan tua punya camilan khas. Mengunyah pinang sirih hingga mulut memerah. Namanya pomama. Kebiasaan zaman dulu, laki-laki maupun perempuan makan pinang sirih bersama saat bersantai sambil bercengkerama. Camilan ini menjadi momentum yang makin mengakrabkan hubungan sosial.
Pomama yang berisi pinang (luhuto), sirih (tembe), kapur kerang (tilo), gambir (gambele) dan tembakau (taba’a) selalu tersedia di ruang tamu. Menikmati camilan ini dilakukan dengan cara mengunyah satu persatu hingga bercampur aduk.
Sebelum dikunyah, kapur kerang ditumpahkan ke wadah kecil lalu diaduk dengan air secukupnya agar mudah diambil. Mengambil kapur dengan cara mencolek kapur dengan ujung sirih lalu dikunyah, selanjutnya disusul pinang yang terlebih dahulu dibelah.
Menurut Dangi Rami, makan pinang-sirih (momama) berfungsi secara medis, yaitu menyehatkan tubuh; membuat peredaran lancar, terhindar dari asam urat, darah tinggi serta menguatkan gigi. Mereka yang rutin momama meskipun giginya kemerah-merahan tetapi berdiri kokoh dan bertahan hingga usia tua.
Ditambahkan Dangi, air kunyahan pomama dapat dijadikan obat. Disiramkan ke luka atau badan yang gatal-gatal dan berluka, disiram dengan air kunyahan (luwabe liyo) dapat sembuh jika rutin dilakukan.
Minuman Bersoda Mengancam Jiwa
Dewasa ini, tidak ada lagi yang menyuguhkan pomama pada tamu yang datang, selain kue berlumur gula, minuman manis dalam kemasan yang membahayakan.
Sebentar lagi mau lebaran. Setiap rumah pasti menyajikan minuman bersoda tiga serangkai. Minuman yang diproduksi oleh perusahaan – yang oleh banyak kalangan disebut-sebut mendukung Israel dalam membumi-hanguskan Palestina.
Jelang lebaran, minuman kemasan itu banyak dijual-jual di pinggiran jalan. Penjual dan pembeli tak peduli dengan minuman yang terpapar sinar matahari. Toh bukan mereka yang meminumnya.
Minuman ini sangat berpotensi membahayakan kesehatan, terutama anak-anak. Masih belum hilang dalam ingatan, berita viral tentang banyak anak yang cuci darah di Rumah Sakit.
Isu ini pertama kali dihembuskan sama salah satu pasien RSCM yang kaget karena banyak anak-anak yang cuci darah karena memiliki masalah dengan ginjalnya. Penyebabnya disebutkan karena minuman manis.
“Semua jajanan warung atau minimarket, mau yang manis, asin, asam, gurih, semuanya mengandung pengawet.
Pengawet itu racun buat tubuh kita”. “minuman kemasan atau minuman sasetan lebih baik jangan diminum berbahaya”.
“BPOM gimana nih seharusnya makanan atau minuman buat anak di perketat lagi, komposisi atau kandungan yang gula berlebih tarik aja dari peredaran”
Mari mengurangi minum minuman bersoda secara berlebihan.
Gorontalo, 26 Ramadhan 1446 H
Dr. Momy Hunowu, M.Si – Dosen sosiologi IAIN Gorontalo