TPA Talumelito Nyaris Penuh, Bapppeda Gelar Riset Pengelolaan Sampah
GORONTALO, BAKUKABAR.id – Tata kelola dan pengelolaan tempat pemrosesan akhir (TPA) sampah Talumelito di Provinsi Gorontalo menjadi perhatian para peneliti gabungan dari Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bapppeda) Provinsi Gorontalo dan Universitas Negeri Gorontalo.
Peningkatan dinamika dan perkembangan masyarakat juga selaras dengan banyaknya sampah yang dihasilkan.
Di TPA Talumelito yang dikelola Pemerintah Provinsi Gorontalo setiap hari menerima 100 ton sampah adri tiga daerah, yaitu Kabupaten Gorontalo, Kota Gorontalo dan Kabupaten Bone Bolango.
“Sebanyak 70 persen berasal dari Kota Gorontalo, 20 persen dari Kabupaten Gorontalo dan 10 persen dari Bone Bolango,” kata David Lahati pengelola TPA Talumelito saat menghadiri seminar proposal penelitian implementasi kebijakan dan tata kelola pengelolaan sampah di TPA Talumelito: menggunakan sistem yang terintegrasi dan berkelanjutan di gedung Bapppeda Provinsi Gorontalo, Selasa (26/8/2025).
David juga mengungkapkan umur pakai TPA Talumelito adalah 6 tahun, namun pada tahun keempat ini kapasitasnya sudah mencapai 90 persen. Sumbangan terbesar sampah ini berasal dari rumah tangga.
Kondisi TPA Talumelito ini yang hampir penuh ini mendorong para akademisi untuk menelitinya, mereka adalah Prof Dr Sukirman Rahim, Prof Dr Dewi Wahyuni K Baderan, Dr Marini Susanti Hamidun, Nancy Noviana Lantopan MSi dan Syam Kumaji MKes.
“Sampah ini bukan hanya menjadi masalah Gorontalo, namun juga masalah nasional,” kata Sukirman Rahim ketua tim peneliti.
Di depan para pembahas, Kepala Bapppeda dan sejumlah pemangku kepentingan, Sukirman menjelaskan bahwa penangangan dan pengelolaan sampah semakin kompleks dan rumit dengan semakin kompleksnya jenis maupun komposisi sampah. Estimasi total sampah yang diproduksi di dunia saat ini sebesar 2 miliar ton pertahun, dan jika ditambah dengan limbah padat industri dan limbah konstruksi menjadi sekitar 7–10 miliar ton. Apabila dibagi per negara, timbulan sampah per kapita perhari sangat bervariasi mulai dari 0,11 sampai 4,54 kg dengan rata-rata 0,74 kg.
Saat ini, Indonesia menduduki urutan keempat dengan penduduk terbanyak di dunia. Paradigma baru memandang sampah sebagai sumberdaya yang mempunyai nilai ekonomi dan dapat dimanfaatkan, misalnya untuk energi, kompos, ataupun untuk pupuk.
“Paradigma baru pengelolaan sampah dilakukan dengan kegiatan pengurangan dan penanganan sampah,” ujar Sukirman.
Menurutnya pengurangan sampah meliputi kegiatan pembatasan, penggunaan kembali, dan pendaur ulangan, sedangkan penanganan sampah meliputi pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan akhir.
Masalah sampah tidak bisa diselesaikan hanya oleh Pemerintah. Sudah saatnya sebagai penghasil sampah parapihak ikut membantu, bahkan ikut bertanggung jawab minimal mengurus sampah sendiri.
Jumlah rumah tangga akan menentukan jumlah sampah yang dihasilkan. Pengelolaan dan pengangkutan sampah menjadi masalah tersendiri yang masih sulit untuk diatasi. Bila tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan timbulan sampah yang tidak dikehendaki dan pada akhirnya akan mencemari lingkungan.
Target pengurangan dan penanganan sampah dalam dokumen Jakstrada Provinsi Gorontalo digunakan sebagai dasar perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, evaluasi dan kerja sama semua pihak. Target ini diharapkan dapat membuat pengelolaan sampah lebih terukur, terstruktur dan akuntabel.
Pengelolaan sampah merupakan proses yang sangat kompleks dan melibatkan banyak unsur seperti pemerintah, masyarakat dan mitra. Pengelolaan sampah bertujuaan untuk mengurangi volume sampah yang dihasilkan, mendaur ulang, memanfaatkan kembali jika memungkinkan dan membuang limbah secara aman ke lingkungan.
Kepala Bapppeda Provinsi Gorontalo Wahyudin A Katili pada sambutan pembukaan seminar ini berpesan bahwa riset ini merupakan penelitian implementatif yang berdasar pada kaidah saintifik akademik sesuai arahan Gubernur Gorontalo Gusnar Ismail dan Wagub Idah Syahidah.
“Hasil kajian ini adalah data dan informasi yang akan digunakan langsung dalam pengambilan keputusan. Kajian ini akan digunakan untuk mengatasi masalah persampahan di Provinsi Gorontalo,” kata Wahyudin Katili.
Wahyudin juga mengatakan Pemerintah Provinsi Gorontalo saat ini sudah menjalin kerjasama dengan Ehime Prefektur Jepang untuk pengelolaan sampah, namun kerjasama ini masih perlu tindak lanjut.
Seminar ini menghadirkan tiga orang pembahas, yaitu Prof Dr Fitryane Lihawa dari Universitas Negeri Gorontalo, Dr (Cand) Ivan Taslim dari Universitas Muhammadiyah Goorntalo dan Rosyid Azhar jurnalis dan pegiat lingkungan.
Sejumlah masukan untuk para peneliti juga berasal dari Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Gorontalo, Bone Bolango dan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan Bapppeda Provinsi Gorontalo.