Tradisi Doa Tolak Bala di Hari Asyura

Syekh Sayyid Abdurrahim Assegaf Puang Makka dan Prof. Abd. Kadir Ahmad saat berbincang-bincang di acara peringatan hari Asyurah di Jl. Baji Bicara 7. Makassar

Tepat pukul 20.00 wita, jamaah Tarekat Khalwatiyah mulai memadati halaman masjid Baitul Izzah yang terletak di Jl. Baji Bicara 7. Beberapa di antaranya menenteng makanan yang akan disajikan selepas acara doa asyura dan tolak bala.

Doa Asyura dan Tolak Bala merupakan salah satu amalan yang rutin dilakukan oleh Tarekat Khalwatiyah Syekh Yusuf Al-Makassari. Seperti tahun-tahun sebelumnya, saya ikut menghadiri kegiatan malam 10 Muharram ini.

Tiga puluh menit berselang, jamaah mulai mengatur shaf di dalam masjid Baitul Izzah hingga pelataran parkir. Tampak salah seorang pengurus membawa baskom. Satu persatu jamaah mendekati pengurus pembawa baskom dan memasukkan amplop yang berisi uang lengkap dengan nama pemilik amplop. Amplop yang dimasukkan para jamaah tarekat Khalwatiyah Syekh Yusuf diniatkan oleh pemilikinya sebagai penarik rejeki selama setahun.

Pukul 21.00 wita, Syekh Sayyid Abdurrahim Assegaf Puang Makka memasuki masjid dan duduk di shaf paling depan dan berhadapan dengan para jamaah. Tampak pula beberapa pengurus dan khalifah tarekat yang mendampingi beliau. Prof. Abd. Kadir Ahmad, peneliti senior BRIN dan juga sesepuh NU Sulawesi Selatan tampak di deretan depan.

Sebelum zikir dan doa dimulai, Puang Makka menyampaikan tausiyah. Salah satu isi tausiyah beliau adalah doa malam 10 Muharram merupakan amalan yang telah diajarkan secara turun temurun oleh para masyaikh tarekat Syekh Yusuf Al Makassari. Karena itu, Puang Makka berupaya untuk mengajarkan dan menyampaikan amalan ini kepada jamaah khususnya yang tergabung dalam tarekat Khalwatiyah Syekh Yusuf Al-Makassari.

Puang Makka juga memberikan tuntunan dalam bentuk pengamalan yang dapat dilakukan oleh para jamah di malam 10 Muharram. salah satu rangkaian amalan yang disampaikan Puang Makka adalah mandi sunat. Beliau menyarankan pada para Jamaah untuk mandi sunat sebelum shalat subuh dengan niat menghilangkan penyakit-penyakit hati dalam diri seperti iri hati, sombong, dengki dan berbagai penyakit hati laiinya. Dalam bahasa Makassar, kata Puang Makka, rilo’lorangi je’ne, penyakit-penyakit hilang bersama aliran air yang dibasuh di sekujur tubuh saat mandi.

Puang Makka juga menyampaikan bahwa tahun 2025 ini menjadi tahun yang Istimewa dan memiliki berkah tersendiri di mana beberapa perayaan penting dalam Islam jatuh di malam jumat. Termasuk hari-hari besar agama lain untuk tahun 2025 ini jatuh pada malam atau hari Jumat.

Tausiyah kemudian diakhiri dengan pelaksanaan zikir dan doa tolak bala. Puang Makka mengawali dengan bacaan wasilah fatihah yang dihadiahkan kepada para ulama-ulama sufi. Kemudian dilanjut dengan zikir dan doa 10 Muharram. Di sela doa yang dibacakan dan diikuti para jamaah, Puang Makka berhenti sejenak dan meminta para hadirin menyampaikan hajatnya masing-masing dalam hati. Beberapa saat, doa dilanjutkan kembali oleh beliau hingga selesai.

Selepas zikir dan doa tolak bala, para jamaah menikmati sesajian yang disiapkan panitia. Tampak pula salah satu panitia memanggil nama-nama jamaah dari pelantang suara. Nama-nama yang disebutkan diminta untuk mengambil kembali amplopnya masing-masing yang telah didoakan.

Beberapa komunitas warga termasuk kelompok-kelompok pengajian juga melakukan perayaan malam Asyura seperti yang dilakukan Jam’iyah tarekat Khalwatiyah Syekh Yusuf Al-Makassari. Bentuk kegiatan hampir sama termasuk doa. Jika ada yang berbeda, kemungkinan pada pernak-pernik rangkaiannya. Tetapi semua komunitas menggelar perayaan Muharram dengan tujuan beroleh berkah, terhindar dari kesulitan-kesulitan di dunia dan di akhirat. Juga berharap ada limpahan rejeki dari Yang Maha Kuasa.

Tarekat AL-Muhammadiyah As-Sanusiyah juga melakukan tradisi serupa. Amaliah bulan Muharram di tarekat ini berlangsung 10 hari di awal bulan Muharram. Tarekat ini sendiri memiliki tradisi amaliyah pada 3 bulan yang merupakan bulan-bulan mulia yaitu 10 awal bulan Muharram, 12 awal di bulan Rabiul Awwal dan 10 akhir di bulan Ramadhan. Untuk malam 10 Muharram, para pengamal tarekat ini membaca 10 surah yaitu, Surah Thaha, Yasin, Al-Mulk, Al-A’la, Al-Insyirah, Al-Qadr, ayat kursi, al-Ikhlaas dan Al-fatihah.

Pada keesokan harinya, tarekat ini menganjurkan melakukan beberapa amaliyah seperti memperbanyak shalat sunnah, berpuasa, menjalin silaturahim, bersedekah, mengunjungi orang alim dan orang sakit, juga disunatkan membersihkan diri atau mandi sunat. Selain itu membaca surah al-ikhlas sebanyak 1000 kali dan ditutup doa Asyura dan tolak bala.

Salah satu kampung di kota Makassar yaitu Kampung Paropo yang terletak di Jalan Abdullah Daeng Sirua sepanjang bulan Muharram menggelar doa tolak bala setiap malam jumat. Mereka berdoa dengan cara khas yaitu dengan membacakan pujian kepada Rasulullah tetapi irama dan intonasinya khas Sulawesi Selatan. Pujian ini dikenal dengan istilah zikkiri labbu.

Beberapa masjid juga mengadakan perayaan Asyura dengan bentuk buka puasa bersama. Beberapa masjid di bagian utara kota Makassar masih konsisten menggelar perayaan Asyura. Sehari sebelumnya, panitia masjid memberi penyampaian bahwa pada 10 Muhaharam digelar buka puasa bersama dan doa 10 Asyura. Tentu banyak makanan tersaji dan ini menjadi ajang silaturahim dan saling berbagi.

Anak-anak pun riang gembira karena banyak makanan yang bisa dinikmati dan disajikan. 10 Muharram merupakan perayaan yang menyimpan banyak cerita, tidak hanya cerita para nabi dan rasul yang telah terbebas dari kesulitan-kesulitan yang dihadapi, tetapi juga cerita tentang ragam merayakan Asyura termasuk cerita suka cita anak-anak yang bisa menikmati sajian kuliner yang beraneka ragam yang tidak akan dijumpai setelah 10 Muharram.

Penulis: Mubarak Idrus

(Guru PP. Al-Fakhriyah Makassar dan jamaah Tarekat Al-Muhammadiyah As-Sanusiyah)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tutup