UNU Gorontalo Dampingi Petani Atasi Konflik Satwa
Kabupaten Gorontalo, BAKUKABAR.id – Mahasiswa Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Gorontalo yang melakukan penanaman papaya di batas ladang Masyarakat dengan kawasan hutan.
Penanaman buah ini merupakan upaya untuk meredam konflik satwa liar dan petani yang hingga kini belum mampu diatasi.
Mahasiswa ini menanam bibit papaya dengan jarak tertentu pada bidang lahan, sehingga saat pohon besar dan berbuah nanti kawasan ini menjadi sumber makan bagi monyet, sehingga satwa ini diharapkan tidak sampai menuju ladang produktif warga.
“Cukup di kawasan yang ditumbuhi papaya ini kelompok monyet ini sudah kenyang, ini upaya yang masih dicoba untuk mengurangi konflik,” kata Ikraeni Safitri Kepala Program Studi Konservasi Hutan UNU Gorontalo, Minggu (6/7/2025).
Ikraeni mengungkapkan upaya ini dilakukan di Dusun Limu Desa Bihe Kecamatan Asparaga Kabupaten Gorontalo. Daerah ini merupakan kawasan penyangga Taman Hutan Raya (Tahura) BJ Habibie yang menjadi satu kesatuan bentang alam dengan Suaka Margasatwa (SM) Nantu.
Konflik satwa dengan para petani di dusun ini cukup tinggi, setiap hari para petani menjaga ladang mereka untuk menjaga agar monyet tidak merusak tanaman jagung. Konflik satwa ini terjadi setiap hari sepanjang tahun.
Menariknya, pembuatan barrier atau pembatas untuk mencegah monyet masuk ke lahan warga mahasiswa magang justru menyediakan sumber pakan yang berlimpah, bahkan berlebih untuk satwa liar ini.
Dipilihnya buah papaya karena tanaman ini berbuah sepanjang tahun yang dapat menyediakan pakan untuk kelompok monyet yang menjelajah hingga ke ladang petani.
“Kami tidak membuat pagar yang menghalangi satwa liar, kami menyediakan makanan yang berlebih. Setelah makan diharapkan kelompok monyet ini akan kembali ke hutan,” tutur Ikra.
Pepaya yang ditanam ini dalam jumlah banyak, tidak hanya satu hingga tiga pohon yang berbaris memanjang.
Ikra menjelaskan konflik satwa di kawasan penyangga memang masalah yang pelik dan komplek, apalagi monyet salah satu jenis primata yang memiliki kecerdasan dan mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitar manusia.
Untuk itu UNU Gorontalo melakukan kolaborasi dengan petani, Agraria Institute Gorontalo sebuah lembaga lokal yang mendampingi petani melakukan transformasi dari pola monokultur jagung ke tanaman tahunan melalui dukungan pendanaan dari Global Environment Facility Small Grants Programme (GEF SGP) Indonesia.
Yati Ismail salah seorang mahasiswa magang di Dusun Limu ini mengatakan sebelum melakukan penenaman buah papaya di lahan, mereka telah mendiskusikan dengan petani. Hasil diskusi ini menjadi uji coba dalam mengatasi masalah konflik satwa liar ini.
“Awalnya kami juga turun ke ladang menjaga monyet bersama petani, memperhatikan perilaku satwa tersebut,” tutur Yati yang ditemani Sri Indriani Palu, mahasiswa magang UNU Gorontalo juga.